Sabtu, 17 November 2012

Precipitation

Presipitasi
Oleh
Separdi Haja, S.T (1291561050)
Master Degree of Udayana University
Technical and Water Resource Management

Hujan adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi; yang berupa hujan, hujan salju, kabut, embun dan hujan es (Triatmodjo, 2009, Hidrologi Terapan). Ada beberapa hal yang mempengaruhi hujan antara lain waktu, lokasi iklim, topografi dan angin. Hujan/Presipitasi ini masuk kedalam bagian dari siklus hidrologi. Dimana setelah proses evaporasi/penguapan air yang terkandung dalam atmosfer mengalami kondensasi atau penurunan suhu. Akibatnya awan yang mengandung air ini bergerak akibat hembusan angin dan perbedaan suhu. Akibat perbedaan suhu inilah air tersebut jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk butiran-butiran hujan.
Ada beberapa jenis hujan menurut Triatmodjo, 2009, Hidrologi Terapan, antara lain:
1.      Hujan Konvektif
Hujan yang bersifat setempat, mempunyai intensitas yang tinggi dan dalam durasi yang singkat. Hal ini dikarenakan pada musim kemarang di daerah trofis terjadi pemanasan yang intensif, sehingga rapat massa udara berkurang, dan menyebabkan udarah basah naik keatas dan mengalami kondensasi dan hujan.
2.      Hujan Siklonik
Hujan tipe ini bersifat tidak terlalu lebat dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Hal ini dikarenakan udara panas relative ringan bertemu dengan udara dingin yang relative berat maka panas tersebut akan bergerak di atas udarah dingin. Udara yang bergerak inilah yang akan mengalami kondensasi dan akhirnya menjadi hujan.
3.      Hujan Orografis
Hujan tipe ini terjadi tidak permanen dan dapat berubah tergantung musim dan arah angin. Hal ini dikarenakan hujan ini biasanya terjadi pada daerah pegunungan dan merupakan pemasok air tanah, danau, bendungan dan sungai.
Beberapa istilah dalam proses terjadinya hujan:
1.      Intensitas hujan (I) adalah laju curah hujan dalam satuan mm/jam, mm/hari, mm/tahun.
2.      Durasi hujan (t) adalah lamanya hujan yang turun pada suatu lokasi. Dicatat dalam satuan waktu (menit atau jam)
3.      Tinggi hujan (d) adalah jumlah curah hujan dalam ketebalan (diatas permukaan yang datar) atau banyaknya kejadian hujan dalam kala ulang. Satuannya mm Frekuensi.
4.      Luas daerah hujan/daerah tangkapan hujan (A) adalah luas geografis curah hujan, datuannya dalam km2.
Pengukuran hujan dibutuhkan untuk mengetahui banyaknya curah hujan yang terjadi pada suatu daerah, dapat berupa jam-jaman, bulanan atau tahunan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui curah hujan pada suatu lokasi baik itu secara konvensional ataupun menggunakan stasiun pengukuran hujan otomatis. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran hujan ini adalah penentuan hujan kawasan. Karena stasiun pengukuran hujan hanya mewakili satu titik saja pada suatu daerah. Maka dari itu perlu dilakukan perhitungan agar data pengukuran stasiun tersebut dapat digunakan untuk digunakan pada perhitungan kawasan atau luasan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan hujan rerata pada suatu kawasan antara lain:
1.      Metode Rerata Aritmatik (aljabar)
Metode ini adalah melakukan perhitungan rata-rata secara aljabar terhadap curah hujan di dalam  dan sekitar stasiun yang bersangkitan.
2.      Metode Thiessen
Metode ini menggunakan prinsip daerah pengaruh pada titik stasiun.
3.      Metode Isohiet
Perhitungan metode ini dilakukan dengan menyatukan besarnya curah hujan yang sama pada suatu lokasi yang berbeda, sehingga terbentuklah garis-garis kontur curah hujan pada lokasi.