Rabu, 26 Maret 2014

16.629 km (von meinem Herzen) Part 1

Sekali lagi aku menatap peta buta yang terpampang di ruangan sempit berukuran 3x4 ini. 16.629 km dari tempat bumi yang aku pijak dan engkau tengah tertidur lelap. perbedaan waktu 7 jam lamanya mengharuskanku menunggu hingga lepas makan siang untuk mengucapkan selamat pagi padamu. Seperti kebiasaan pasangan yang tengah dimabuk cinta, selalu aku kirim kalimat selamat pagi dengan ciuman, walau aku tahu itu hanya gambar bibir merah yang sampai pada layar ponselmu.

guten morgen mein lieben.
Hampir setiap hari kata itu melayang dari ponselku, melintasi alam raya hingga dapat kau baca saat matamu terbuka. Semenjak kamu terbang  hingga terdampar pada benua yang terasa sangat asing bagiku, rasa hampa kerap kali menyelimuti dinding-dinding malam. Aku selalu mencoba mengenang air mata yang dulu sempat kau tumpahkan dibahuku. Terbayang hangat tubuhmu saat engkau dalam dekapanku.

Aku adalah lelaki yang selalu benci dengan hujan. Karena hujan membuat pikiranku terusik akan bayanganmu. Gambar dirimu selalu ada saat titik-titik hujan membahasi kaca jendela kamarku.

Kamis, 13 Maret 2014

Kelana

Aku adalah bara api
Mampu melahap dan meluluhlantakan arang menjadi debu
Bagiku, cinta adalah hanya cerita khayalan saja
Debu pun akan hilang dihebus angin
Begitu pula sebuah angan yang kau sebut namanya cinta

Aku berkelana
Menelusuri jejak yang mungkin terhapus badai
Merentas zaman untuk sebuah asa
Kadang air membelai mata
Kadang luka merobek hati
Hanya mampu diam

Namun kali ini aku terjatuh
Aku bersimpuh
Aku mengaku kalah
Aku tak berdaya
Aku terpuruk pada satu hati
Kamu

Freitag, März 14, 2014
16.629 km von meinem Herzen

Rabu, 05 Maret 2014

Balada Rindu Mendera

Saat siang dihari kamis
Aku masih saja termenung di meja kerja
Suara kicauan burung dan jangkrik dari rumah sebelah terdengar begitu nyata
Simfoni awan dan matahari begitu cerah terlihat dari jendela kaca
Burung-burung kecil terbang beriringan menapaki hari
Hari yang tak kunjung datang membuatku semakin merindu
Rasa sepi yang menggalau menyiksa batin setengah hampa
Wahai mentari yang enggan bersuara
Ceritakan pada dia bahwa aku telah lelah
Ceritakan pada dirinya rinduku memendam kesah
Sampaikan bahwa siangku begitu nestapa
Menanti dirinya