Senin, 23 Desember 2013

Hujan, Banjir, Aku dan Ibuku

Hari ini hujan lagi
Sama seperti beberapa hari belakangan
Udara dingin selalu mendekap tidurku
Dalam perisai kalbu yang sebenarnya mulai rapuh
Tetap aku tegarkan untuk selalu berdiri

Menggapai jaket tebal dan selimut pemberianmu
Wanginya masih sama, tak pernah berubah
Walau sekarang aku tahu, rambutmu tak sehitam dulu
Dulu aku berlari ke dalam pelukmu ketika kudengan gemuruh
Hangat tubuhmu membuatku teduh
Namun aku tahu, badanmu tak sekokoh dulu

Aku benci hujan yang datang terlalu berpadu
Karena saat itu, kita harus siapkan diri agar genangannya cepat berlalu
Aku benci jika hujan itu membawa banjir dalam rumah kita
Karena saat itu, kita harus siap merasakan dinginnya hari yang menggenangi kaki
Aku benci jika banjir tiba
Karena saat itu, aku lihat engkau terlalu lelah untuk membersihkan rumah kita

Apakah di sana hujan seperti di sini, Ibu?
Aku khawatir kakimu tidak lagi hangat untuk manahan genangan air
Aku khawatir badanmu terlalu rentah untuk bersih-bersih rumah

Ini adalah sepenggal cerita kita
Antara hujan, banjir, aku dan dirimu Ibu


Denpasar, Penghujung tahun 2013
saat musim hujan