Minggu, 28 Juli 2013

Bunda, Aku Ingin Pulang

Sama seperti malam-malam sebelumnya, langit malam di Pantai Kuta dipenuhi pendar bintang. Ramai bayangan manusia menyapaku ditemani sinar dari rembulan. Mereka lalu lalang di trotoar yang sudah berhenti menjerit karena sudah renta. Aku kadang lupa jika ini adalah tanah airku. Semua terlihat sangat berwarna. Mereka berbicara dengan suara dan bahasa masing-masing yang sangat tak ku mengerti. Aku sudah lelah memandang deru ombak yang tak kunjung menutup mata. aku putuskan untuk pulang.

Lalu lintas malam tak begitu padat, namun tetap membosankan dengan menu utama besi-besi beroda yang beriringan. Aku berhenti sejenak di warung kopi yang menawarkan surga, katanya. membeli secangkir kopi seharga sepersepuluh ekor kambing. Sebenarnya aku tak menyukai kopi. Hidup ini semakin terasa pahit saat aku seruput teguk demi teguk kopi itu. Dari lantai dua gedung warung kopi yang katanya kelas dunia ini, aku memandang setumpuk kekesalan jalan raya yang bercampur amarah lampu merah. Tanpa terasa Coffee late hitam di cangkir sudah dingin dan membeku. Aku tinggalkan tanpa setegukpun aku rasakan.

Aku lelah,
Tapi aku tak mau berkeluh kesah.
Bosan dengan semua kekesalan kota yang telah aku telusuri kemolekannya.
Malam belum terlalu larut.
Bahkan para pencari sinar malam baru akan bergegas berhamburan.
Mungkin aku rindu Bunda.
Aku rindu seteguk cerita yang sering ia dendangkan.
Aku putuskan untuk istirahat dan memejamkan mata.
Besok adalah perjalanan panjang melintasi pulau-pulau.
Pasti akan sangat melelahkan bagiku.
Bayanganku menerawang saat senyum itu menyapaku.
"dia ucapkan selamat malam"

Jumat, 26 Juli 2013

Garis-garis Kecil di Musim Kering


Aku adalah bait-bait kata yang engkau ucapkan saat mentari mulai meninggi, seperti syair yang didendangkan saat senja dari ribuan abad lamanya. Kembalilah kepadaku saat kau lihat bulan telah enggan bersinar.

Aku akan terus duduk di depan kertas-kertas putih yang bertumbuk menjadi berkas kehidupan. Kadang aku menggaris lurus sekali, sempat pula garis lengkung dan gerigi yang tercipta.

Seandainya engkau tahu bahwa aku hanyalah daun kering yang enggan gugur saat musim kering. Aku terus bertahan dalam ketiadaanku mencoba menggapai langit basah itu. Hanya mampu memandang embun yang bermain bersama pelangi. Aku rasa tak ada embun saat musim kering. apa aku berkhayal?