Oleh
Separdi
Haja, S.T (1291561050)
Master
Degree of Udayana University
Technical
and Water Resource Management
Hujan
adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi; yang berupa hujan, hujan
salju, kabut, embun dan hujan es (Triatmodjo, 2009, Hidrologi Terapan). Ada
beberapa hal yang mempengaruhi hujan antara lain waktu, lokasi iklim, topografi
dan angin. Hujan/Presipitasi ini masuk kedalam bagian dari siklus hidrologi.
Dimana setelah proses evaporasi/penguapan air yang terkandung dalam atmosfer
mengalami kondensasi atau penurunan suhu. Akibatnya awan yang mengandung air
ini bergerak akibat hembusan angin dan perbedaan suhu. Akibat perbedaan suhu
inilah air tersebut jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk butiran-butiran hujan.
Ada
beberapa jenis hujan menurut Triatmodjo, 2009, Hidrologi Terapan, antara lain:
1. Hujan
Konvektif
Hujan yang bersifat setempat, mempunyai
intensitas yang tinggi dan dalam durasi yang singkat. Hal ini dikarenakan pada
musim kemarang di daerah trofis terjadi pemanasan yang intensif, sehingga rapat
massa udara berkurang, dan menyebabkan udarah basah naik keatas dan mengalami
kondensasi dan hujan.
2. Hujan
Siklonik
Hujan tipe ini bersifat tidak terlalu
lebat dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Hal ini dikarenakan udara
panas relative ringan bertemu dengan udara dingin yang relative berat maka
panas tersebut akan bergerak di atas udarah dingin. Udara yang bergerak inilah
yang akan mengalami kondensasi dan akhirnya menjadi hujan.
3. Hujan
Orografis
Hujan tipe ini terjadi tidak permanen dan dapat
berubah tergantung musim dan arah angin. Hal ini dikarenakan hujan ini biasanya
terjadi pada daerah pegunungan dan merupakan pemasok air tanah, danau,
bendungan dan sungai.
Beberapa istilah dalam
proses terjadinya hujan:
1. Intensitas
hujan (I) adalah laju curah hujan dalam satuan mm/jam, mm/hari, mm/tahun.
2. Durasi
hujan (t) adalah lamanya hujan yang turun pada suatu lokasi. Dicatat dalam
satuan waktu (menit atau jam)
3. Tinggi
hujan (d) adalah jumlah curah hujan dalam ketebalan (diatas permukaan yang
datar) atau banyaknya kejadian hujan dalam kala ulang. Satuannya mm Frekuensi.
4. Luas
daerah hujan/daerah tangkapan hujan (A) adalah luas geografis curah hujan,
datuannya dalam km2.
Pengukuran
hujan dibutuhkan untuk mengetahui banyaknya curah hujan yang terjadi pada suatu
daerah, dapat berupa jam-jaman, bulanan atau tahunan. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mengetahui curah hujan pada suatu lokasi baik itu secara
konvensional ataupun menggunakan stasiun pengukuran hujan otomatis. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pengukuran hujan ini adalah penentuan hujan kawasan.
Karena stasiun pengukuran hujan hanya mewakili satu titik saja pada suatu
daerah. Maka dari itu perlu dilakukan perhitungan agar data pengukuran stasiun
tersebut dapat digunakan untuk digunakan pada perhitungan kawasan atau luasan.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan hujan rerata pada suatu
kawasan antara lain:
1. Metode
Rerata Aritmatik (aljabar)
Metode ini adalah melakukan perhitungan
rata-rata secara aljabar terhadap curah hujan di dalam dan sekitar stasiun yang bersangkitan.
2. Metode
Thiessen
Metode ini menggunakan prinsip daerah
pengaruh pada titik stasiun.
3. Metode
Isohiet
Perhitungan metode ini dilakukan dengan menyatukan
besarnya curah hujan yang sama pada suatu lokasi yang berbeda, sehingga
terbentuklah garis-garis kontur curah hujan pada lokasi.